Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Tentang Bahagia

Bahagia,, Rasa yang tidak bisa didefinisikan penuh lewat kata kadang begitu sederhana kadang begitu rumit tapi yang pasti rasa itu  tak akan jauh dari senyum dan tawa.. Bahagia,,  tak tahu kita lewat pintu apa ia kan hadir bahkan mungkin tak kan sempat ingat bagaimana ia ada Bahagia,, saat mendapat hadiah saat mendapatkan nikmat saat meraih mimpi saat meraih kemenangan Bahagia,, saat melihat orang lain bahagia Bahagia,, saat merasakan cinta Bahagia,, saat melihat orang yang dicintai bahagia Bahagia,, menembus relung hati membentuk senyuman termanis mengukir wajah berseri mencipta kenangan-kenangan indah ::merindukan selalu momen-momen bahagia::

MENGGAIRAHKAN TRADISI ILMIAH KITA

pada awalnya berpikir menumbuhkan keingintahuan, keingintahuan melahirkan perbuatan, dan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang membentuk kebiasaan Ibnu al Qayyim al Jauziyah             Menjadi muslim pembelajar adalah sebuah usaha yang harus disadari oleh setiap muslim. Kita bisa meladani para generasi pertama islam yang mampu melakukan lompatan luar biasa dalam memimpin garda peradaban dunia. Sayyid Quthb dalam bukunya Ma’alim fi ath-Thariq  menjelaskan, “Kehebatan generasi sahabat bukan semata-mata karena di sana ada Rosulullah, sebab jika ini jawabannya berarti islam tidak rahmatan lil alamin. Kehebatan mereka terletak pada semangat mereka untuk belajar lalu secara maksimal berupaya mengamalkannya.”             Semangat untuk belajar akan mendorong munculnya tradisi-tradisi muslim pembelajar. Dwi Budiyanto dalam bukunya Prophetic Learning mengemukakan beberapa tradisi muslim pembelajar di antaranya membaca, menulis, rihlah ilmiah, dan tradisi berfikir (tafaku

WALA’ (LOYALITAS) ADALAH HUKUM ALAM

“ Demi langit yang mempunyai gugusan bintang (QS. Al Buruj:1)”             Maha Besar Allah yang telah menciptakan jagad raya dengan segala isinya. Dibalik segala penciptaan sesuatu, Allah pastilah memberikan hikmah kepada manusia. Observatorium besar pada tahun 30-an pada abad ini telah menemukan bahwa alam semesta ini terdiri dari gugusan-gugusan. Satu gugusan terdiri dari satu bintang yang sangat besar dan kuat yang merupakan orbit atau pusat dimana banyak bintang yang lebih lemah berkumpul di sekitarnya dalam bentuk galaksi. Kumpulan ini disebut dengan “gugusan bintang. Semakin jauh dari pusat, kepadatan kumpulan bintang-bintang itu semakin berkurang hingga menjadi ruang kosong. Gugusan-gugusan bintang ini diyakini sebagai batu bata bangunan langit yang memperlihatkan penyebarannya di seluruh sudut alam semesta dengan satu model, dalam komposisi yang sama, dan struktur yang mirip. Fenomena jagad raya ini secara tidak langsung menunjukkan adanya loyalitas dari gugusan bintan